LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN IV
LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)
NAMA : NUR ULFIKA
NIM : H041201054
HARI/TANGGAL : JUMAT/ 9 APRIL 2021
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : KEZYA TANGKETASTIK
LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tantangan utama biologi adalah memahami hubungan antara variasi genetik molekuler dan variasi dalamsifat kuantitatif, termasuk kebugaran. Hubungan ini menentukan kemampuan kita untuk memprediksi fenotipe dari genotipe danuntuk memahami bagaimana kekuatan evolusi membentuk variasi di dalam dan di antara spesies(Macky dkk, 2012). Beberapa organisme model alternatif punmulai diperkenalkan untukdigunakan dalam penyelidikan patogenesis penyakit.Salah satuyang terkenal adalah lalat buahDrosophila melanogaster. Organisme inimulai digunakan secara luas dalam riset pemodelan beberapa jenis penyakit dan penemuan obat baru (Nainu, 2018).
Dalam menggunakan organisme sebagai percobaan, siklus hidup merupakan halyang tak boleh diabaikan. Siklus hidup lalat buat penting untuk dipelajari untukmemudahkan percobaan genetika, pengamatan perkembangan tiap waktu, lalat virgin, reproduksi, breeding, dan karena merupakan hewan model. MenurutJohnstone, pembelajaran siklus hidup organisme bertujuan agar dapat didapatkan informasi prediksi pathogenik, parasit, dan kontrol program(Suharsono dan Nuryandi, 2019). Pada lalat buah siklus hidupnya perlu dipelajari untukmemahami life extension, yaitu bagaimana memperpanjang usia hidup bila terjadi mutasi (Carnes, 2015).
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana morfologi serta bagaimana lalat buah maka dilakukanlah praktikum ini.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui morfologi lalat buah Drosophila melanogaster.
2. Mengamati pertumbuhan lalat buah Drosophila melanogasteryang di kawinkan.
3. Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup lalat buah.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jumattanggal 9 April2021pukul 13.45-16.00WITA. Bertempat di laboratorium genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.Pengamat atau peserta dari percobaan mengamati secara jarak jauh atau daring dari rumah masing-masing melalui platform Zoom Meeting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Lalat buah Drosophila melanogaster
Lalat buah Drosophila melanogaster, yang juga biasa dikenal dengan nama lalat cuka vinegar fly, merupakan spesies serangga dalam ordo Diptera dan famili Drosophilidae. Lalat ini menjadi pusat perhatian setelah Thomas Hunt Morgan memperkenalkan penggunaannya sebagai organisme model dalam riset genetika pada awal tahun 1900-an (Markow, 2015). Hingga kini Drosophila melanogastertelah diaplikasikan secara luas untuk menjelaskan berbagai fenomena biologis penting yang juga terdapat pada manusia,mulai dariperan apoptosis dan fagositosis dalam perkembangan dan imunitas (Nainu, 2017), pengaruh nutrisi dalam pengaturan fungsi biologis dan umur individu (Rajan danPerrimon, 2013), hingga makna cacat genetik terhadap gangguan fenotip pada organisme (Nakanishi, 2011).
Drosophila melanogaster, populer karena sangat mudah berkembang biak hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan seluruh daur kehidupannya, mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak variasi fenotif yang relatif mudah diamati. Jumlah telur Drosophila melanogasteryang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa hanya menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dapat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina(Safitri dan Bachtiat, 2017).
Lalat buah merupakan hewan percobaan yang sering digunakan dalam praktikum genetika. Beberapa hukum genetika yang penting telah dihasilkan dari penelitian menggunakan lalat buah. Beberapa keunggulan penggunaan lalat buah antara lain tidak memerlukan kondisi steril seperti pada mikroorganisme, mudah diperoleh karena bersifat kosmopolit, siklus hidup pendek, mudah dipelihara, lalat betina bertelur banyak, ciri morfologi mudah diamati dan memiliki 4 pasang kromosom sehingga mudah diteliti (Wahyuni, 2014).
Lalat buah dewasa tertarik terhadap senyawa aromatik yang terdapat pada bagian tanaman termasuk buahnya. Beberapa senyawa kimia yang biasanya digunakan sebagai atraktan antara lain : 3,4-dimethoxy allibenzene atau methyl eugenol (ME), 1(p-ecetoxyphenyl)-butan-3 one atau cuelure (CL) dan t-butyl 4(5)
chloro-2 methyl- cyclohexanoate atau Trimediure(Patty, 2012).
II.2 Morfologi Drosophila melanogaster
Lalat buah adalah serangga yang berasal dari sub ordo Cyclorrapha. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk berdasarkan ukuran antenanya, lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang. Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang berguna untuk menjaga stabilitas saat ia terbang. Lalat sering hidup diantara Manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius.Lalat disebut penyebar penyakit karena setiap ekor lalat yang hinggap disuatu tempat maka kurang lebih 125.000 kuman yang ikut terjatuh di tempat itu. Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk dapat bertahan hidup. Mata majemuk yang dimiliki lalat terdiri atas ribuan lensa yang sangat peka terhadap gerakan (Safitri dan Bachtiat, 2017).
Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya. Pada jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin. Sedangkan pada betina ukuran relatif lebih besar, memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin. Drosophila melanogaster merupakan hewan yang bersayap, dan berukuran kecil. Maka dari itu pengamatan morfologi hewan ini bisa dengan menggunakan alat Bantu seperti lup dan mikroskop. Pada Drosophila melanogaster ditemukan 4 pasang kromosom. Pada jantan dan betina umumnya adalah sama, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata pancing. Sementara itu terkait dengan umur seksual betina untuk kawin diperoleh informasi yang bervariasi. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan umur berapa Drosophila melanogaster betina mencapai kedewasaan seksual(Suparman dkk, 2018).
Lalat buah dapat terbang dengan rentang jangkauan yang terbatas sehingga barier laut seperti yang terdapat antara Pulau Ternate dan Tidore mengisolasi secara geografis pertemuan kedua populasi Drosophila melanogaster dari masing- masing pulau. Pada penelitan lalat buah jenis lain, yakni Drosophila spmenunjukan bahwa isolasi reproduksi merupakan dampak dari adapatasi divergen. Keturunan dari masing- masing populasi berkembang dan bereproduksi secara sendiri-sendiri
sehingga perkawinan diantaranya akan semakin berkurang(Suparman dkk, 2018).
II.3 Siklus hidup Drosophila melanogaster
Sepertikupu-kupudanngengat, Drosophila menjalani siklus hidup empat tahap;telur, larva, pupa, dan lalat. Siklus hidup Drosophila melanogastersangat singkat yaitu 10,47 hari mulai dari perkembangan telur hingga imago diperoleh waktu yang singkat pada suhu 30(Suharno dan Nuryadin, 2019). Setelah dibuahi, embrio berkembangdi dalam telur selama sekitar satu hari (pada suhu 25°C) sebelum menetas sebagai larva.Larva makan dan tumbuh (dan melewati tiga molting) selama lima harisampai menjadi kepompong dan mengalami metamorfosis menjadi lalat dewasaselama empat hari. Selama metamorfosis, sebagian besar embriodan jaringan larva dihancurkan. Jaringan dewasa (misalnya sayap, kaki, mata)berkembang dari kelompok sel yang telah dikenal sebagai "cakr
am imajinal"menyisihkan sejak awal perkembangan embrio(Jennings, 2011).
II.4 Faktor-faktor pertumbuhan Drosophila melanogaster
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga. Pertama, faktor dalam yang meliputi kemampuan berkembang biak, perbandingan jenis kelamin, sifat mempertahankan diri dan siklus hidup. Faktor kedua yaitu, faktor luar yang meliputi suhu, kelembaban, cahaya, pakan atau nutrisi serta predator. Lalat buah termasuk dalam ordo dipteral yang mengalami metamorphosis sempurna (holometabola) dengan empat stadium perkembangan yaitu telur – larva – pupa – imago. Telur-telur lalat buah diletakkan oleh betina dewasa dalam jaringan buah(Wahyuni, 2014).
Adapun penjelasan faktor-faktor lainnya dijelaskan sebagai berikut: Suhu Lingkungan, Lalat buah (Drosophila melanogaster) mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 18°C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril (Oktary, 2015).
Ketersediaan Media Makanan, jumlah telur lalat buah Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Oktary, 2015).
Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan, botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada lalat buah Drosophila melanogasterdengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa. Intensitas Cahaya, Lalat buah Drosophila melanogasterlebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalamipertum-
buhan yanglambat selama berada di tempat yang gelap (Oktary, 2015).
II.5 Pautan seks
Tanda-tanda adanya pautan sebenarnya sudah terlihat pada laporan persilangan dihibridisasi tanaman ercis Pisum sativum yang dikemukakan oleh W. Bateson dan R.C Punnet pada tahun 1906. Akan tetapi hasil percobaan persilangan itu gagal diintrepetasikan oleh mereka bahwa ada pautan. T. H Morgan dan Sutton adalah yang pertama kali mengintrepetasikan hasil percobaan persilangan itu dengan benar tentang adanya pautan(Natsir dkk, 2013).
Dewasa ini sudah jelas diketahui bahwa semua faktor (berapa pun jumlahnya) yang terdapat pada satu kromosom yang sama akan cenderung terpaut satu sama lain selama pembelahan reduksi pada meiosis dan faktor-faktor itu dikatakan membentuk satu pautan.Dengan demikian pautan (linkage) sesungguhnya merupakan keadaan yang normal, faktor-faktor yang terdapat pada satu kromosom memang terangkai satu sama lain (melalui ikatan kimia). Dalam hubungan ini pula jelas terlihat bahwa jumah pautan pada makhluk hidup diploid adalah sebanyak jumlah pasangan kromosom(Natsir dkk, 2013).
Sifat pautan kelamin X ini dapat dilihat pada F2 pada hasil persilangan resiproknya. Persilangan F1 (♀N x ♂N) dari induk ♀N x ♂w kami peroleh keturunan F2 : ♀N, ♂N, ♂w, yang mana sifat mata putih selalu jantan tidak diperoleh keturunan betina putih (♀w), hal ini menunjukkan adanya pautan kelamin dimana hasil resiproknya pada F2 berbeda. Tidak munculnya betina putih (♀w) disebabkan induk jantan normal (♂N) dari F1 tidak mengandung gen white (WY). Sedangkan F2 dari dari persilangan ♂N x ♀N (dari induk ♂N x ♀b) dan persilangan ♂N x ♀ N (dari induk ♂b x ♀N) diperoleh keturunan F2 yang sama yaitu (♂N , ♀N, ♂b, ♀b) hal ini sesuai dengan rekonstruksi persilangan bukan pautan kromosom kelamin , karena hasil resiproknya menunjukan hasil yang sama. Sifat fenotip ♂b pada F2 diperoleh dari induk, ♀N dan ♂N yang heterozigot. Berbeda dengan rekonstruksi pautan kelamin hasil resiproknya pada F1 maupun F2 nya hasil
nya berbeda(Natsir dkk, 2013).
II.5.1 Pautan seks Drosophila melanogaster
Adanya pautan kelamin pertama kali ditemukan oleh T.H Morgan dan C.B Bridger pada tahun 1910. Temuan ini diperoleh saat mempelajari penyimpangan dari hasil (keadaan) yang diharapkan. T. H Morgan memiliki suatu strain Drosophila melanogasteryang bermata putih dan ternyata strain tersebut sudah tergolong galur murni. Namun demikian jika strain bermata putih disilangkan dengan strain berwarna merah, ternyata turunan yang muncul tidak sesuai dengan yang seharusnya berdasarkan kebakaan Mendel. Pada penelitian ini sifat-sifat yang merupakan pautan kelamin adalah warnamata (mata merah (strain normal)) dan mata putih (strain white) sedangkan warna tubuh (normal dan black) bukan merup-
akan pautan kelamin(Natsir dkk, 2013).
II.6 Kromosom istimewa
Kromosom istimewa terjadi karena adanya mutasi. Istilah mutasi dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada materi genetik maupun proses yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Organisme yang mengalami mutasi desebut dengan mutan(Snustad danSimmons, 2012). Terdapat dua tipe mutasi yaitu mutasi titik dan mutasi kromosom. Mutasi titip merupakan mutasi yang terjadi pada basa nitrogen. Terdapat 4 tipe mutasi titik antara lain delesi yaitu berkurangnya basa nitrogen, insersi yaitu penambahan basa nitrogen, dan substitusi yaitu pertukaran basa nitrogen. Sedangkan mutasi pada kromosom antara lain delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi (Hartwell et al, 2011).
Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada materi genetik, terdapat dua tipe mutasi yaitu mutasi titik dan mutasi kromosom. Mutasi dapat mempengaruhi genotipe maupun fenotipe. Praktikum kali ini ingin membandingkan mutan Drosophila melanogasterdengan yang wild type. Diketahui terdapat 4 jenis mutan Drosophila melanogasteryaitu mutan bentuk mata, mutan warna mata, mutan bentuk sayap, dan mutan warna tubuh” (Ulhaq, 2018).
Kromosom istimewa atau biasa disebut dengan kromosom politen. Pada kelenjar saliva lalat buah Drosophila melanogasterditemukan kromosom yang berukuran lebih besar dari ukuran kromosom normal, yang biasa disebut kromosom raksasa (polytene chromosom atau kromosom politen). Menurut Kimball, kromosom raksasa ini memiliki ukuran seratus kali lebih besar daripada ukuran kromosom normal. Kromosom raksasa ini menunjukkan detail struktur yang lebih jelas dari kromosom normal. Bentuk kromosom raksasa pada lalat buah ini adalah linier atau batang. Kromosom raksasa terdiri dari dua daerah yaitu daerah pita yang gelap (band) dan pita yang terang (interband) yang terletak berselang-seling secara bergantian. Pada daerah pita yang gelap terdapat banyak DNA. Pada daerah ini, kromatin mengalami kondensasi atau pelipatan secara maksimal yang disebut sebagai heterokromatin yang berperan aktif pada saat terjadi pembelahan. Heterokromatin dengan lilitan padat yang mengalami kondensasi adalah gen yang tidak terekspresi. Sedangkan pada interband atau pita terang tidak terjadi kondensasi. Pada pita terang ini terdapat eukromatin dengan lilitan renggang. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA. Kromosom politen D. melanogaster yang sering digunakan untuk penyelidikan genetika mempunyai jumlah kromosom sedikit, yaitu 8 kromosom, terdiri atas 6 autosom dan 2 kromosom kelamin. Adapun kromosom politen yang bagus yang ditandai lengan kromosom yang tersebar(Mertha dkk, 2020).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu toples,karet gelang, plastik bening, mikroskop, pingset, dan objek glas.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu1 buahtomat dan alkohol.
III.2 ProsedurKerja
Prosedurkerja dari percobaan ini adalah:
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan 1 buah tomat kedalam toples.
3. Ditutup toples menggunakan plastik bening lalu diikat menggunakan karet gelang dan dilobangkan pada bagian tutupnya tempat masuknya lalat buah.
4. Ditunggu beberapa hari agar lalat buah terkumpul.
5. Lalat buah yang sudah terkumpul dibius menggunakan alkohol agar muda untuk diliat dibawa mikroskop.
6. Diambil lalat buah yang yang telah dibius tadi didalam toples menggunakan pingset lalu diletakkan diatas objek glas.
7. Selanjutnya objek glas diletakkan di mikroskop.
8. Diamati morfologi yang terlihat dari lalat buah yang telah didapat.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.2 Pembahasan
Drosophilasp merupakan jenis lalat buahyangmemiliki badan berwarna abu-abu dan mata merah. Ukuran tubuh lalat jantan lebih kecil dibandingkan betina dengan tanda-tanda secara makroskopis adanya warna gelap pada ujung abdomen, pada kaki depannya dilengkapi dengan sisir kelamin yang terdiri dari gigi hitam mengkilap.
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophilaini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.
Drosophilamemiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya. Pada Drosophilajantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin. Sedangkan pada yang betina ukuran relatif lebih besar memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin. Drosophilasp pada umumnya ringan dan memiliki eksoskeleton dan integument yang kuat. Seluruh permukaan tubuhnya, integumen serangga memiliki berbagai saraf penerima rangsang cahaya, tekanan, bunyi, temperatur, angin dan bau. Pada umumnya serangga memiliki 3 bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen. Kepala berfungsi sebagai alat untuk memasukan makanan dan rangsangan syaraf. Lalat memiliki tipe mulut spons pengisap. Toraks yang terdiri dari tiga ruas tumpuan bagi tiga pasang kaki (sepasang pada setiap ruas), dan jika terdapat sayap, dua pasang pada ruas kedua dan ketiga. Fungsi utama abdomen adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat reproduksi. Perbedaan jenis kelamin pada Drosophilamelanogaster secara morfologi terlihat dari bentuk pantat Drosophila, lalat jantan memiliki ujung posterior yang tumpul sedangkan lalat betina memiliki ujung posterior yang runcing. Lalat jantan memiliki sex comb pada kakinya sedangkan lalat betina tidak. Ciri lainnya yang dapat membedakan jantan dan betina adalah dari ukuran tubuhnya, dimana lalat jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan ukuran lalat betina.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
A.Dalam membedakan jenis kelamin lalat buah yaitu lalat buah betina memiliki ukuran panjang sekitar 2,5 mm dan yang jantan lebih kecil dibandingkan dengan betina. Serta pada lalat buah jantan bagian tubuh belakang lebih gelap, sayap pada lalat buah jantan sayapnya membuka sedangkan pada betina tertutup.
B. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogasterterbentuk karena proses endomitosis. Untuk mendapatkan kromosom raksasa ini perlu didapatkan terlebih dahulu kelenjar ludah larva instar 3 Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah Drosophila melanogasterberjumlah sepadang dengan betuk seperti ginjal.
C. Siklus hidup lalat buah pada tahap pertama yaitu telur, kemudian thap kedua yaitu larva, selanjutnya pada tahap tiga yaitu pupa dan tahap terakhir yaitu imago.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Kebersihan laboratorium harus selalu terjaga sertafasilitas dilaboratorium perlu ditingkatkan lagi kualitasnya.
V.2.2 Saran untuk Asisten
Menurut saya, asisten telah menyampaikan materi dan membimbing praktikan dengan baik. Dan untuk asisten pertahankan kinerjanya.
V.2.3 Saran untuk Praktikum
Menurut saya saran untuk praktikum selanjutnya dikarenakan dilakukan secara virtual namun hal tersebut seharusnya dilakukan dengan cara yang dapat membuat para peserta lebih aktif dalam kelas virtual tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Carnes, M.U. 2015. E Genomic Basis Of Postponed Senescence In Drosophila melanogaster. Plos One.10 (9): 1-22.
Hartwell, Leland, Et Al. 2011. Genetics From Genes To Genome 4th Edition. New York: Mcgrawhill. ̋
JenningsH. B. 2011.Drosophila – A Versatile Model In Biology & Medicine. Materialstoday, 14(5): 190-195.
MackayC. F. T., Dkk. 2012. The Drosophila MelanogasterGenetic Reference Panel. Nature . 482: 173-178.Macmillan Publishers Limited: Usa.
Markow, T. A. (2015). The Secret Lives Of Drosophila Flies. Elife, 4: 1-9.
Mertha G. I., Dkk. 2020. Pelatihan Pembuatan Preparat Kromosom Politen Drosophila melanogasterPada Guru-Guru Biologi Di Lombok Barat. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan Ipa. 3 (2): 181-188.
Nainu, F., Shiratsuchi, A., & Nakanishi, Y. (2017). Induction Of Apoptosis And Subsequent Phagocytosis Of Virus-Infected Cells As An Antiviral Mechanism. Front Immunology. 8(1220).
Nainu F. 2018. Review : Penggunaan DrosophilamelanogasterSebagai Organisme Model Dalam Penemuan Obat. Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal Of Pharmacy). 4(1): 50-67.
Nakanishi, Y., Dkk. 2011. Phagocytic Removal Of Cells That Have Become Unwanted: Implications For Animal Development And Tissue Homeostasis. Dev Growth Differ.53(2):149-160.
Natsir N., A. 2013. Fenomena Pautan Kelamin Pada Persilangan Drosophila melanogasterStrain N♂ X W♀ Dan N♂ X B♀ Beserta Resiproknya. Jurnal Biology Science & Education. 2(2): 160-169.
Oktary A.P., Ridhwan M., Dan Armi. 2015. Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum) Dan Lalat Buah Drosophila melanogaster. Serambi Akademica. 3(2): 335-342.
Patty J. A.2012. Efektivitas Metil Eugenol Terhadap Penangkapan Lalat Buah (Bactrocera Dorsalis) Pada Pertanaman Cabai. Agrologia. 1(1): 69-75.
Rajan, A., & Perrimon, N. 2013. Of Flies And Men: Insights On Organismal Metabolism From Fruit Flies. Bmc Biol.11:38-38.
Snustaddkk. 2012. Principles Of Genetics 6th Edition. New Jersey: Wiley.
Suparman Dkk. 2018. Indeks Isolasi Sexual Antara Lalat Buah (Drosophila melanogaster (Meigen)) Dari Moya, Pulau Ternate Dan Gurabunga, Pulau Tidore. Saintifik@. 3(1): 41-48.
Safitri D. dan Bachtiat S. 2017. Pengaruh Penambahan Ragi Pada Media Terhadap Perkembang Biakan Drosophila melanogaster.Biologi Sel. 6(1): 45-51.
Suharsono Dan Nuryadin E. 2019. Pengaruh Suhu Terhadap Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila melnogaster). Bioeksperimen. 5(2): 114-120.
Ulhaq D. A. M. 2018. Pengenalan Mutan Drosophila melanogaster. Praktikum Genetika (Modul 02): Sekolah Tinggi Ilmu Genetika.
Wahyuni S. E. 2014. Pertumbuhan Lalat Buah (Drosopilla Sp.) Pada Berbagai Media Dan Sumbangannya Pada Pembelajaran Biologi Di Sma. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan. 12(1):Universitas Tanjungpura.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar