LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN I
IMITASI PERBANDINGAN GENETIS
NAMA : NUR ULFIKA
NIM : H041201054
HARI/TANGGAL : JUMAT/ 26 MARET 2021
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : KEZYA TANGKETASTIK
LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hukum dasar pewarisan sifat berasal dari serangkaian percobaan sederhana dengan kacang polong lebih dari seabad yang lalu. Gregor Mendel menyilangkan berbagai garis murni kacang polong dan mengikuti keturunan hibridanya.GregorMendelmengamati bahwa sifat-sifat tersebut diwariskan sebagai keadaan alternatif dari unit pewarisan independen atau gen (yang oleh Mendel disebut "faktor"), dan bahwa unit-unit ini datang berpasangan (Veyver dan Peng, 2008).
Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Mendel menggunakan kacang ercis Pisum sativum, Mendel menarik kesimpulan bahwa dua alel yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti fenotipe tinggi dan pendek. Alasan Mendel memilih kacang ercis dikarenakan kacang ercis kekonsistenan karakternya dari generasi ke generasi, terlindung dari serbuk sari asing selama berbunga, serta kesuburan hibrida dan keturunan tidak terganggu (Schwarzbach, 2014).
Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya, soal pemindahan gen-gen dari orang tua atau induk ke gamet-gamet dan jenis spermatozoa yang membuahi sel telur. Adanya proses berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga terjadi berbagai kombinasi. (Suryo, 2016).
Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah percobaan untuk membuktikan teori Mendel dengan rasio fenotip F2yang diperoleh 9:3:3:1 melalui imitasi perbandingan genetisdan untuk mendaptkan gambaran tentang gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu sehingga akan bertemu secara acak atau random.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan mengenai imitasi perbandingan genetis adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-
gamet tertentu dan akan bertemu secara acak atau random.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Maret2021pukul 14.00-17.45WITA. Bertempat di laboratorium genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.Pengamat atau peserta dari percobaan mengamati secara jarak jauh atau daring dari rumah masing-masing melalui platform Zoom Meeting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Imitasi Perbandingan Genetis
Dinamika replikator genetik populasi biasa dan model imitasi sederhana sangat mirip. Model paling dasar, di mana individu membandingkan hasil mereka sendiri dengan individu acak dan secara istimewa, lalu mempersiapkan strategi untuk hasil yang lebih baik. Alasan model ini dapat menghasilkan keseimbangan kooperatif yang stabil, sedangkan model genetika analog tidak dapat, adalah karena gaya imitasinya dapat diterima kuat dan menentang gaya pencampuran (McElreath dan Henrich, 2007). Adapun penjelasan dari imitasi yakni merupakan bagian dari teori Social Learning (Teori pembelajaran sosial). Prinsip dasar social learning menyatakan sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) penyajian contoh perilaku (modeling) (Kenneth. dkk,.1967).
Istilah Medawar 1951, untuk apa yang dia sebut "imitasi genetik" berasal dari perubahan fenotipik yang didapat, diciptakan dengan analogi dengan korelatif Goldschmidt. Istilah fenokopi dan genokopi dirancang untuk menjelaskan fiksasi herediter yang jelas dari adaptasi "Kelas B" Medawar (pseudo-eksogenous Waddington). F atau seleksionis neo-Darwinian, meski perubahan fungsi mengantisipasi perubahan herediter dalam adaptasi Kelas B, mekanisme penjelas neo-Lamarck dari induksi somatik ditolak dan mekanisme genokopi diganti (Lewin, 1998).
Perbandingan genetis merupakan suatu cara membedakan dua hal atau tiga hal berbeda. Dalam pewarisan sifat dari orang tua kepada keturunannya yang akan menghasilkan perbandingan yang signifikan. Sehingga, imitasi perbandingan genetis adalah perbandingan yang dimiliki makhluk hidup yang tidak dimiliki oleh orang lain karena memperhitungkan sifat genetik yang dimiliki seseorang masing-
masing berbeda (Cahyono, 2010).
II.2 Hukum Mendel I
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat secara genetik dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum ini didapat dari hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan Austria. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation). Isi dari hukum segregasi: pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk (Cahyono, 2010).
Konsep yang salah menyebutkan bahwa gen homozigot tidak terjadi pemisahan. Individu dengan genotipe BB atau bb disebut homozigot karena memiliki dua gamet yang sama. Jika dikawinkan dengan sesamanya, individu homozigot tidak mengalami pemisahan. Individu dengan genotipe Bb disebut individu heterozigot. Jika dikawinkan sesamanya, individu heterozigot akan mengalami pemisahan. Misal Bb disilangkan dengan Bb akan menghasilkan keturunan BB, Bb dan bb(Nusantari,2013).
Konsep yang benar adalah “Bila individu genotipe BB atau bb dikawinkan sesamanya, maka tetap mengalami pemisahan atau mengalami Hukum Mendel I. Hanya saja hasil pemisahan adalah gamet yang sama yakni B dan B atau b dan b. Demikian juga individu heterozigot akan mengalami pemisahan menjadi B dan b. Jadi semua individu dengan genotip homozigot atau heterozigot sama-sama akan mengalami pemisahan sesuai hukum Mendel I (Nusantari, 2013).
Konsep yang salah bahwa pemisahan gen berlangsung apabila gen Aa dan Bb letaknya (lokusnya) berjauhan. Jika kedua macam gen itu lokusnya berdekatan maka gen akan sulit memisah secara bebas, dengan kata lain gen-gen itu berpautan satu dengan yang lain. Jadi jika gen Aa dan Bb berpautan (AaBb) maka gamet yang dihasilkannya hanya AB dan ab (Nusantari, 2013).
Kedua alel setiap karakter berpisah selama produksi gamet. Jika suatu organisme mempunyai alel yang sama untuk karakter tertentu, maka organisme tersebut merupakan galur murni karakter tersebut dan akan muncul salinannya di semua gamet. Namun, jika ada alel-alel yang berlawanan, seperti hibrid F1, maka 50% dari gamet mendapat alel dominan, sedangkan 50% lainnya mendapat alel resesif (Putri, 2013).
Dari hasil eksperimen Mendel pada kacang ercis, ia menarik kesimpulan bahwa dua alternatif yang berlawanan untuk sifat tertentu seperti tinggi dan pendek. Konsep ini dikenal dengan dominan dan resesif. Mengenai tinggi tanaman pada ercis, tinggi adalah dominan terhadap pendek sedangkan mengenai warna polong, hijau dominan terhadap kuning. Mendel melihat adanya konsistensi dalam jumlah tipe parental pada F2. Nampaknya selalu ada rasio pada perbandingan 3 : 1. Sumbangan pikiran Mendel tidak berhenti pada pengenalan rasio saja. Mendel mengadakan hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah unit diteruskan kepada keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan Hukum Mendel I (segregasi bebas). Contoh persilangan monohibrid (Agus, dkk., 2013):
P : ♀ Tinggi x Pendek ♂
DD dd
G : D d
ê
F1: Tinggi
Dd
Menyerbuk sendiri (Dd x Dd)
F2:
Tabel II.1 Persilangan Monohibrid
Gamet | D | D |
D | DD (tinggi) | Dd (tinggi) |
D | Dd (tinggi) | dd (pendek) |
Keterangan:
Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1
DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1
Dari percobaan monohibrid yang telah dilakukan Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa pada saat pembentukan gamet-gamet (serbuk sari dan sel telur)makagen-gen yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi(memisah/pemisahan), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Berhubungan dengan itu prinsip ini dirumuskan sebagaiHukum I dari Mendel yang dikenal dengan nama “The Law of Segregation of Allelic Genes” (Hukum Pemisahan Gen
yang sealel) (Suryo, 2016).
II.3Hukum Mendel II
Dalam praktek dua individu dapat mempunyai beda sifat lebih dari satu. Misalnya, beda mengenai bentuk dan warna biji kapri. Hasil persilangannya (F1) dinamakan dihibrid. Mula-mula tanaman kapri yang bijinya berkerut hijau (bbkk) disilangkan dengan tanaman yang bijinya bulat kuning homozigotik (BBKK). Semua tanaman F1 (dihibrid) adalah seragam, yaitu berbiji bulat kunging (BbKk). Persilangan tanaman F1´F1 menghasilkan keturunan F2 yang memperlihatkan 16 kombinasi terdiri dari 4 macam fenotipe, ialah berbiji bulat kuning, bulat hijau berkerut kuning, berkerut hijau (Suryo, 2016).
Walaupun hanya sedikit yang menunjukkan perhatian pada saat di perhipunan, tepatnya disaat Mendel menerangkan pernjabaran hasil percobaannya secara matematika. Hal tersebut dikarenakan banyak dari mereka yang beranggapan bahwa percobaan-percobaan yang telah dilakukan Mendel itu tiada gunanya. Namun, setelah Mendel mempunyai keyakinan akan kebenaran tentang hasil penelitiannya, Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika berlangsung meiosis selama pembentukan gamet-gamet. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel II yang berbunyi: “The Law of Independent Assortment of Genes” (Hukum pengelompokan gen secara bebas (Suryo, 2016).
Sebagai contoh marilah kita ikuti percobaan Mendel dengan menggunakan tanaman kapri Pisum sativum ia memperhatikan dua sifat keturunan yang ditentukan oleh dua pasang gen, yaitu (Suryo, 2016):
B = gen yang menentukan biji bulat
b = gen yang menentukan biji berkerut
K = gen yang menetukan biji berwarna kuning
k = gen yang menentukan biji berwarna hijau
P :♀ BBKK ´ ♂bbkk
bulat kuning berkerut hijau
sel telur : BK serbuk sari : bk
F1: BbKk
bulat kuning
serbuk sari: BK, Bk, bK, bk
sel telur: BK, Bk, bK, bk
F2:
Tabel II.2 Persilangan Dihibrid
BK | Bk | bK | bk | |
BK | BBKK | BBKk | BbKk bulat kuning | BbKk |
Bk | BBKk bulat kuning | BBkk bulat hijau | BbKk | Bbkk |
bK | BbKK | BbKk | bbKK | bbKk |
bk | BbKk | Bbkk | BbKK | bbkk |
II.4 Uji Chi-Square
Dalam memperoleh data hasil percobaan seringkali ada keraguan akan kebenaran dari data yang diperoleh. Adanya penyimpangan (deviasi) antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teoretis harus dievaluasi. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu ialah melakukan tes X2 (bahasa inggrisnya: chi-square test) (Suryo, 2016).
Jika dalam suatu percobaan atau eksperimen hanya memiliki dua hasil keluaran, seperti halnya pelemparan mata uang, kita mendapatkan sisi depan dan sisi belakang, maka distribusi normal dapat digunakan untuk menentukan apakah frekuensi kedua hasil tersebut cukup signifikan terhadap frekuensi yang diharapkan. Namun demikian, jika lebih dari dua hasil yang muncul, katakanlah ada k- hasil, maka distribusi normal tidak dapat digunakan untuk menguji perbedaan signifikan antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melakukan uji hipotesis menggunakan Uji Chi-Kuadrat (Chi- Square Testing, dilambangkan dengan c2). Jika kita mempunyai frekuensi observasi sebanyak k, yaitu o1, o2, o3, ...., ok dan frekuensi harapan (expectation) yaitu e1, e2, e3, ..., ek, maka rumusan chi-kuadrat dituliskan (Oktarisna, 2013):
Jika c2 = 0, maka ada kesesuaian sempurna antara hasil observasi dan nilai harapan. Jika c2> 0, maka antara hasil observasi dan nilai harapan tidak terjadi kesesuaian sempurna. Semakin besar nilai c2,ketidaksesuaian antara hasil observasi dan nilai harapan juga semakin besar. Namun demikian, jika lebih dari dua hasil yang muncul, katakanlah ada k- hasil, maka distribusi normal tidak dapat digunakan untuk menguji perbedaan signifikan antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan. (Oktarisna, 2013).
Dalam Tabel X2, deretan angka paling atas mendatar merupakan niai kemungkinan. Kolom sebelah kiri tegak lurus memuat angka-angka yang menunjukkan besarnya derajat kebebasan (dk). Angka-angka lainnya adalah nilai X2. Menurut para ahli statistik, apabila nilai X2 yang didapat di bawah kolom kemungkinan 0,05, itu berarti bahwa data yang diperoleh dari percobaan itu buruk. Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan ada faktor lain di luar faktor
kemungkinan berperan disitu (Suryo, 2016).
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Pengunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut. Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu ( Tariq, 2020).
Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk mengetahui/menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Syaratnya yaitu Kelompok yang dibandingkan independen dan Variabel yang dihubungkan katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu Ada tidaknya asosiasi antara 2 variabel (Independent test), Apakah suatu kelompok homogen atau tidak (Homogenity test), dan Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data (Goodness of fit test)(McEl
reath dan Henrich, 2007).
II.5 Penyimpangan Hukum Mendel
Interaksi gen adalah penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik (Ramandhani, 2013).Penyimpangan semu hukum Mendel terjadi apabila sifat tumbuh cepat tidak mengikuti segregasi Mendel. Sehingga menghasilkan rasio fenotipe yang berbeda dari dasar hukum Mendel. Pada kasus dominan penuh, keturunan yang didapat pada F2 menunjukkan perbandingan fenotipe dominan dan resesif 3:1 atau perbandingan genotipe 1:2:1 (Yunus, 2020).
Penyimpangan semu hukum Mendel terjadinya suatu kerjasama berbagai sifat yangmemberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti hukum-hukumperbandingan genotip dari Mendel. Penyimpangan semu terjadi karena interaksi antar alel dan genetik sebagai berikut (Susanto, 2016):
a. Interaksi aleladalah berbagai bentuk interaksi alel yang merupakan interaksi dominan tidak sempurna, kodominan, variasi dua atau lebih gen sealel (alel ganda), dan alel letal.
1. Dominansi tidak sempurna (Incomplete Dominance) adalah alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya sehingga keturunan yang heterozigot memiliki sifat setengah dominan dan setengah resesif.
2. Kodominan adalah dua alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain. Contohnya sapi berwarna merah kodominan terhadap sapi putih menghasilkan anak sapi roan.
3. Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. Umumnya gen tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi dan mutasi menyebabkan banyak variasi alel. Gejala adanya dua atau lebih fenotipe yang muncul dalam suatu populasi dinamakan polimorfisme.
4. Alel letal adalah alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yangmemilikinya. Alel letal resesif adalah alel yang dalam keadaan homozigot resesif dapat menyebabkan kematian. Contoh alel letal resesif adalah albino pada tumbuhan dan sapi bulldog. Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan dominan dapat menyebabkan kematian. Contohnya ayam jambul.
b. Interaksi gen menyebabkan terjadinya atavisme, polimeri, kriptomeri, epistasis dan hipostasis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan rasio tidak sesuai dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya variasi.
1. Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari beberapa gen. Contoh atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam. Ada empat bentuk jengger ayam, yaitu walnut (R_P_), rose (RRP_), pea (rrP_), dan single (rrpp). Perbandingan fenotipenya adalah walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.
2. Polimeri adalah bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau salingmenambah. Polimeri terjadi akibat interaksi atara dua gen atau lebih sehingga disebut juga sifat gen ganda. Contoh polimeri terdapat pada percobaan persilangan gandum, dilakukan H. Nilsson-Ehle yang menghasilkan perbandingan fenotipe 15 : 1.
3. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen tersebut berdiri sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya, maka sifat gen dominan yang tersembunyi sebelumnya akan muncul. Contoh kriptomeri adalah persilangan pada bunga Linaria maroccana yang menghasilkan perbandingan fenotipe bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.
4. Epistasis dan Hipostasis adalah persilangan dimana gen epistasis memiliki sifat mempengaruhi gen hipostasis. Epistasis dibedakan menjadi epistasis dominan dimana gen dengan alel dominan menutupi kerja gen lain, epistasis resesif yaitu gen dengan alel homozigot resesif mempengaruhi gen lain, epistasis gen dominan rangkap adalah peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotipe tunggal, dan komplementer adalah interaksi beberapa gen yang saling melengkapi. Interaksi gen tersebut disebut juga epistasis gen resesif rangkap.
Persilangan resiprok(persilangan kebalikan) ialah persilangan ulang dengan jenis kelamin yang dipertukarkan.Sebagai contoh dapat digunakan percobaan Mendel lainnya (Suryo, 2016):
H = Gen yang menentukan buah polong berwarna hijau
h = Gen yang menentukan buah polong berwarna kuning
Mula-mula, serbuk sari dan bunga pada tanaman berbuah polong hijau diserbukkan pada putik bunga pada tanaman berbuah polong kuning. Pada persilangan berikutnya cara tersebut diatas dibalik. Dari kedua macam persilangan tersebut adalah ternyata didapatkan keturunan F1 atau F2 yang sama (Suryo, 2016).
Adapun Segregasi abnormal relatif jarang didasarkan pada anomali meiosis. Seleksi post-meiosis adalah penyebab yang lebih umum dari penyimpangan dari hukum Mendelian. Gamet betina lebih jarang dipengaruhi oleh seleksi ini dibandingkan gametofit jantan. Sejak tahun 1902, ilmuwan menemukan bahwa rasio fenotipik abnormal yang diamati disebabkan oleh fertilisasi selektif sehingga validitas hukum Mendel tidak terganggu. Mekanisme ini disebut certatio.Pemupukan selektif ini biasa terjadi pada hewan dan juga tumbuhan (Redei, 1965).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis, kalkulator ilmiahdan kantong.
III.1.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah biji genetik berbagaiwarna.
III.2 ProsedurKerja
Prosedurkerja dari percobaan ini adalah:
1. Disiapkan40 biji genetik dan dimasukkan pada 2 kantong, masing-masing kantong berisi 20 biji genetik, terdiri dari 5 kuning hijau, 5 kuning hitam, 5 merah hijau dan 5 merah hitam.
2. Diambil satu biji genetik dari kantong kanan dengan tangan kanan dan satu biji genetik dari kantong kiri dengan tangan kiri pada waktu yang bersamaan dan akan menghasilkan sebuah kombinasi genetik.
3. Dicatat hasilnya, dikembalikan kombinasi biji genetik itu ke kantong asalnya, dan dikocok supaya tercampur kembali.
4. Diulangi pengambilan (biji genetik), sampai 16 kali pengambilan dan dibuat tabel dari hasil percobaan yang di lakukan.
5. Dilakukan 16 kali percobaan, maka masing-masing praktikan melaporkan hasilnya pada asisten dan menulis hasil data kelas (data yang diperoleh dari setiap praktikan) di papan tulis.
6. Dicatat data yang diperoleh dalam laporan praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Kelompok
1. Dominansi Penuh
Tabel IV.1 Data Kelompok
Ke | K_B_ | K_bb | kkB_ | Kkbb |
(Kuning Bernas) | (Kuning Kisut) | (Putih Bernas) | (Putih Kisut) | |
1 | ✓ | | | |
2 | | | ✓ | |
3 | | ✓ | | |
4 | | ✓ | ||
5 | | ✓ | | |
6 | ✓ | | | |
7 | ✓ | | | |
8 | ✓ | | ||
9 | ✓ | | | |
10 | ✓ | | | |
11 | ✓ | | | |
12 | ✓ | | ||
13 | ✓ | | | |
14 | ✓ | | | |
15 | ✓ | | ||
16 | | ✓ | | |
Σ | 8 | 4 | 2 | 2 |
Tabel IV.2 Uji Chi-squareData Kelompok
| K_B_ | K_bb | kkB_ | Kkbb | ||
| (Kuning Bernas) | (Kuning Kisut) | (Putih Bernas) | (Putih Kisut) | ||
O | 8 | 4 | 2 | 2 | ||
E | 9 | 3 | 3 | 1 | ||
D | 1 | 1 | -1 | 1 | ||
0,11 | 0,33 | 0,33 | 1 | |||
1,77 |
IV.1.2 Tabel Pengamatan Kelas
Data Kelas
Kelp. | K_B_ | K_bb | kkB_ | Kkbb |
(Kuning Bernas) | (Kuning Kisut) | (Putih Bernas) | (Putih Kisut) | |
I | 7 | 3 | 5 | 1 |
II | 10 | 3 | 2 | 1 |
III | 9 | 5 | 1 | 1 |
IV | 8 | 4 | 2 | 2 |
V | 11 | 2 | 1 | 2 |
VI | 7 | 4 | 5 | 0 |
Σ | 52 | 21 | 16 | 7 |
Uji Chi-squareData Kelas
| K_B_ | K_bb | kkB_ | Kkbb | |
| (Kuning Bernas) | (Kuning Kisut) | (Putih Bernas) | (Putih Kisut) | |
O | 52 | 21 | 16 | 7 | |
E | 54 | 18 | 18 | 6 | |
D | -2 | 1 | 2 | -1 | |
0,07 | 0,5 | 0,22 | 0,16 | ||
0,95 |
2. Dominansi Tidak Penuh
Data Kelas
NO | KKBB | KKBb | KKbb | KkBB | KkBb | Kkbb | kkBB | kkBb | kkbb |
1 |
|
|
|
|
|
| ✓ |
|
|
2 |
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
4 |
|
|
|
|
|
|
|
| ✓ |
5 | ✓ |
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
|
|
|
| ✓ |
|
|
|
|
7 |
|
|
|
|
| ✓ |
|
|
|
8 |
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
|
9 |
|
|
|
|
| ✓ |
|
|
|
10 |
|
|
|
|
| ✓ |
|
|
|
11 |
|
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
12 |
|
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
13 |
|
|
|
| ✓ |
|
|
|
|
14 |
|
|
|
|
|
| ✓ |
|
|
15 |
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
|
16 |
|
| ✓ |
|
|
|
|
|
|
Σ | 1 | 2 | 4 | 1 | 2 | 3 | 1 | - | 1 |
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang didapatkan dari percobaandiatas dapat di simpulkan bahwa dalam pewarisan sifat terdapat dua hukum yang mengaturnya, yaitu Hukum Mendel I(segresi bebas) dan Hukum Mendel II (asortasi bebas) dan untuk menguji hipotesis kemungkinan yang dapat di peroleh dari persilangan dapat digunakan uji chi kuadrat (chi-square).
Pada data kelompok diperoleh 8K_B_(Kuning bernas), 4 K_bb (Kuning kisut), 2kk_B (Putih bernas) dan 2kkbb (Putih kisut). Menurut teori Mendel sifat dihibrid (K_B_), perbandingan fenotipnya 9:3:3:1. Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori Mendel dihasilkan 9 K_B_ (Kuning bernas), 3 K_bb (Kuning kisut), 3 kk_B (Putih bernas) dan 1 kkbb (Putih kisut).
Pada perhitungan Chi-Squaredidapatkan X2= 1,77. Oleh karena ada empat kelas fenotip (yaitu kuning bernas, kuning kisut, putih bernas dan putih kisut), berarti ada derajat kebebasan 4-1 = 3. Angka 1,77 tidak tercantum pada tabel , tetapi angka itu terletak antara angka 1,42 dan 2,37. Nilai kemungkinannya terletak antara 0,70 dan 0,50. Karena nilai kemungkinan itu lebih besar daripada 0,05 (batas signifikan) maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil percobaan itu bagus (memenuhi perbandingan 9:3:3:1 menurut Hukum Mendel).
Pada hasil data kelas diperoleh 52 K_B- (Kuning bernas), 21 K_bb (Kuning kisut), 16 kk_B (Putih bernas) dan 7 Kkbb (Putih kisut). Perbandingan fenotip seharusnya adalah 9:3:3:1. Data yang diekspektasikansesuai dengan perbandingan adalah 54 K_B_(Kuning bernas), 18 K_bb (Kuning kisut), 18 kk_B (Putih bernas), dan 6 kkbb (Putih kisut). Hasil ekspektasi ini diperoleh dari perbandingan teori Mendel dikali dengan jumlah total keseluruhan percobaan yaitu 96. Pada K_B_, menurut teori Mendel dihasilkan 9/16 X 96= 54yang bersifat kuning bernas, namun dari percobaan diperoleh 52berarti terdapat deviasi sebesar -2, dimana deviasi ini diperoleh dari hasil yang diperoleh dikurangi dengan ekspektasi. Pada K_bb dan kkB_, menurut teori Mendel dihasilkan 3/16 X 96= 18yang bersifat kuning kisut dan putih bernas, namun dari percobaan diperoleh 21kuning kisut dan 16 putih bernas berarti terdapat deviasi sebesar -3pada kuning kisut dan -5 pada putih bernas. Dan pada kkbb, menurut teori Mendel dihasilkan 1/16 X 96= 6yang bersifat putih kisut, namun dari percobaan diperoleh 7berarti terdapat deviasi sebesar 1.
Dari data-data tersebut hasil dari total deviasi pangkat dua dibagi dengan total ekspektasi maka diperoleh nilai X2 (chi-square) total sebesar 0,95. Nilai chi-square ini dicari untuk membuktikan data hasil percobaan yang dilakukan dalam laboratorium sudah sesuai dengan teori yang ada supaya percobaan yang dilakukan juga bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan biji genetis sebagai imitasi perbandingan genetis diperoleh hasil yaitu perbandingan8:4:2:2dengan melakukan percobaan dengan cara mengambil dari kantong secara acak atau random akan membentuk kombinasi-kombinasi yang menghasilkan fenotipe dengan rasio mendekati perbandingan 9:3:3:1, dan nilai kemungkinan yang diperoleh terletak antara 0,70 dan 0,50. Karena nilai kemungkinan itu lebih besar daripada 0,05 (batas signifikan) maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
percobaan itu bagus (memenuhi perbandingan 9:3:3:1 menurut Hukum Mendel).
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Kebersihan laboratorium harus selalu terjaga sertafasilitas dilaboratorium perlu ditingkatkan lagi kualitasnya serta laboratorium perlu ditambahkan pendingin ruangan.
V.2.2 Saran untuk Asisten
Menurut saya, asisten telah menyampaikan materi dan membimbing praktikan dengan baik. Dan untuk asisten pertahankan kinerjanya.
V.2.3 Saran untuk Praktikum
Menurut saya saran untuk praktikum selanjutnya dikarenakan dilakukan secara virtual namun hal tersebut seharusnya dilakukan dengan cara yang dapat membuat para peserta lebih aktif dalam kelas virtual tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, R., dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
H. W. Kenneth. dkk,.1967.Social learning andimitation. In M. R. Jones(Ed.), Nebraska Symposium on Motivation. Amerika Educational: America. 37(5): 514-538.
Cahyono, F., 2010. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Institut Teknologi Bandung.
Lewin, P. D., 1998. Embryology and the Evolutionary Synthesis: Waddington, Development and Genetics. (Unpublished Doctoral Dissertation). University of Leeds, Leeds.
McElreath, R., & Henrich, J., 2007. The Oxford Handbook of Evolutionary Psychology (Oxford Library of Psychology). In R. Dunbar, & L. Barrett, The Oxford Handbook of Evolutionary Psychology (Oxford Library of Psychology)(p. 17). USA: Oxford University Press.
Nusantari, E., 2013. Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Sains. 1 (1): 59-60.
Oktarisna, F. A., Andy, S., Arifin, N. S., 2013. Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi Tanaman. 1 (2): 82-84.
Putri E. D., 2013. Aplikasi Kombinator dalam Analisis Genetika Mendelian. Jurnal Pendidikan Sains. 1(1): 23-26.
Ramandhani M. R., 2013. Penerapan Pattern Matching dalam Penentuan Pewarisan Sifat Genetis Tetua pada Anaknya. Institut Teknologi Bandung.
Redei, G. P., 1965. Non-Mendelian Megagametogenesis in Arabidopsis. Genetics, 51(6), 857-872.
Schwarzbach, E., dkk, 2014. Gregor J. Mendel - Genetics Founding Father. Czech J. Genet. Plant Breed, 50 (2), 43-51.
Suryo, 2016. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Susanto, A. H., 2016. Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Tariq, S., 2020. The Case of Qualitative Genetics in Fish. International Journal Paper Advance and Scientific Review, 1(1), 14-20.
Veyver, I. B., & Peng, H.-H., 2008. Mendelian Inheritance and Its Exceptions. Glob. libr. women's med, 1(1), 26-52.
Yunus Effendi, 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Pustaka Rumah C1nta. Magelang
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar