Singing Hatsune Miku

Selasa, 27 April 2021

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA : DERMATOGLIFI

 LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN VIII

DERMATOGLIFI

NAMA                       : NUR ULFIKA

NIM                            : H041201054

HARI/TANGGAL    : JUMAT/ 23 APRIL 2021

KELOMPOK             : IV (EMPAT)

ASISTEN                  : KEZYA TANGKETASTIK

 


 


 

 

 

 

 

LABORATORIUM GENETIKA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021


 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi, terutama di bidang dunia digital, membawa perubahan yang cukup besar. Salah satunya dengan adanya digitallisasi data citra. Selain itu, di bidang teknologi. Pengolahan citra juga dimanfaatkan sebagai pengenal pola. Pola dari citra yang diolah adalah betuk dari sidik jari terutama pada guratan-guratan sidik jari tersebut. Perbedaan pola dari sidik jari tersebut bisa digunakan sebagai pengklasifikasian (Leksono dkk, 2011). Padasaat ini,telahbanyakpenelitianyang mengkaitkan tentang bagaimana karakteristik yang dimiliki seseorang dengan pola sidik jari yang dimiliki orang tersebut. Karakteristik yang dimaksud yaitu meliputi tentang arah kecerdasan, kepribadian,gaya belajar, potensi, dan lain sebagainya. Analisa karakteristik tersebut biasanya ditujukan pada anak usia dini dimana hasil analisa tersebut sangat diperlukan oleh orang tua dalam menentukan metode mendidik dan memberi arahan yang tepat.Pada dasarnya untuk melihat tipe pola sidik jari bisa dilakukan dengan mata telanjang. Namun hal itu akan sangat menyulitkan karena keterbatasan kemampuan manusia dalam melihat pola yang berukuran kecil (Setiawan dkk, 2016).

Dermatoglifi adalah ilmu tentang bentuk dan pola sidik jari(Marpaung dkk, 2015). Setiap sidik jari mencerminkan keunikan setiap individu(Misbach, 2010). Oleh karena itu, dilakukan praktikum dermatoglifiuntuk menganalisis silsilah keluarga karakter menggulung lidah dan melipat lidah serta mencoba untuk mengetahui genotipe diri sendiri untuk masing-masing karakter.


I.2 Tujuan Percobaan 

Adapun  tujuan  dari  percobaan ini  yaitu untuk  mengetahui  penurunan 

multifactor pada sidik jari.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jumattanggal 23 April2021pukul 13.45-16.00WITA. Bertempat di laboratorium genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.Pengamat atau peserta dari percobaan mengamati secara jarak jauh atau daring dari rumah masing-masing melalui platform Zoom Meeting.


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Dermatoglifi

Sulur-sulur dermis diwariskan secara poligen. Sulur-sulur ini akan tetap mulai usia 3 sampai 4 tahun kehamilan, dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan system galton sulur-sulur dapat dibedakan menjadi 3 pola ulatam dari sulur-sulur dermis yaitu pola arch atau pola lengkung, pola loop atau pola sosol dan pola whorl atau pola lingkaran. Pada pola loop ada dua macam yaitu loop radial bila terbuka keujung jari dan loop ulnar bila terbuka ke pangkal jari. Pada pola loop mempunyai satu triradius. Triradius adalah titik-titik dari mana sulur menuju ketiga arah dengan sudut kira-kira 120°(Singh dkk, 2020).

Dermatoglifi adalah ilmu tentang bentuk dan pola sidik jari. Dermatoglifi diturunkan secara poligenik, bersifat tetap dan tidak dipengaruhi umur, pertumbuhan dan perubahan lingkungan. Pola dermatoglifi dapat memperlihatkan juga kelainan genetik ataupun penyakit tertentu, sehingga bisa digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola dermatoglifi DMterdapattipe 2 dan yang tidak DM terdapattipe 2(Marpaung dkk, 2015).

Setiapsidik jari mencerminkan keunikan pada setiap masing-masing individuyang berbeda. Tidak ada kriteriabahwa jenis sidik jari tertentu merupakan jenis sidik jari yang lebih ideal dibandingkan dengan sidik jari yang lain. Pada kenyataannya, secara genetik, antara satu individu dan individu lain tidak ada yang memiliki sidik jari yang sama. Perbedaan individu tersebut dinamakan individual differences berdasarkan bawaangenetik untuk memprediksi prilaku seseorang dalam lingkungan.Analisis Sidik Jari tersebut bersifat prediksi, dengan tujuan yaitu memberi gambaran mengapa setiaporang berbeda dalam mengekspresikan bakat dan minatnya, gaya belajar, daya tangkap, ketelitian, sampai trait sebagai dasar kepribadian seseorang(Misbach, 2010).

Dermatoglifi (dari bahasa Yunani: derma = kulit, glyph = ukiran) adalah ilmu yang mempelajari pola bubungan kulit pada jari tangan, jari kaki, telapak tangan dan telapak kaki. Tujuan dari punggungan ini adalah untuk memberikan cengkeraman yang lebih kuat dan untuk menghindari selip. Dermatoglifi dapat ditelusuri kembali ke tahun 1892, ketika salah satu ahli biologi paling orisinal pada masanya Sir Francis Galton, sepupu Charles Darwin, menerbitkan karyanya tentang sidik jari. Penelitian ini kemudian disebut sebagai dermatoglifi oleh Dr. Harold Cummins, meskipun proses identifikasi sidik jari telah digunakan selama beberapa ratus tahun. Desain sidik jari kuno yang paling terkenal adalah ukiran di dinding lorong pemakaman Neothalic, terletak di pulau Brittany L'iie de Gavr'inis, dinding bagian dalamnya ditutupi dengan desain pola melingkar, spiral, lengkungan, berliku-liku dan garis lurus terjadi pada berbagai kombinasi (Bhat dkk, 2014).

Dahulu kala, sidik jari digunakan pada gerabah untuk menunjukkan pembuat dan merek gerabah. Di Asiria kuno, sidik jari berfungsi sebagai segel untuk memberikan keaslian dokumen-dokumen penting. Mereka muncul di lempengan tanah liat, sekarang disimpan di British Museum. Sebuah ukiran India asli ditemukan di tepi danau Kejimkoojir di Novascotia, di mana di dalam garis pahatan tangan manusia di batu menunjukkan garis-garis yang mewakili Dermatoglifi dan lipatan fleksi. Sir William Herschel, seorang kolektor di Bengal (1858) adalah orang pertama yang mengambil sidik jari dan tangan dari kontraktor yang masih disimpan di museum London. Dia menggunakan sistem untuk mengidentifikasi penjahat. The Ridges dibedakan dalam bentuk definitifnya selama bulan ketiga hingga keempat kehidupan janin dan setelah terbentuk tetap permanen dan tidak pernah berubah sepanjang hidup kecuali dalam dimensi yang sebanding dengan pertumbuhan individu. Karakteristik punggung bukit asli tidak terganggu kecuali kulit rusak hingga kedalaman 1mm (Bhat dkk, 2014). 

Harold Cummins, yang melakukan banyak hal untuk mengembangkan identitas disiplin dan metodologi dermatoglifi, juga berperan dalam menentukan ambisi klinis awal bidang ini. Pada awal 1920-an, Cummins menyelidiki anatomi dan etiologi perkembangan hiperdaktili dan kelainan bawaan lainnya pada tangan dan kaki, dan semakin fokus pada pola punggungan gesekan yang muncul dengan sendirinya dalam kasus seperti itu. Namun, segera, Cummins bergabung dengan jaringan peneliti yang sedang berkembang yang mulai mensurvei variasi sidik jari dan pola telapak tangan yang ditemukan pada populasi yang ditentukan secara etnis berbeda. Penelitian semacam itu, yang dilakukan di Amerika Utara, Eropa, Asia Timur dan tempat lain, mengasumsikan bahwa pola sidik jari merupakan sifat yang diturunkan sebagian yang dapat digunakan untuk menyelidiki hubungan genetik antara populasi manusia. Dipengaruhi oleh antropologi fisik awal abad ke-20, para peneliti ini juga berasumsi bahwa populasi dapat dibagi menjadi “ras” yang berbeda secara anatomis yang akan mewujudkan proporsi yang berbeda dari lengkungan, lingkaran, dan lingkaran pada sidik jari mereka. Melalui survei ini, peneliti seperti Cummins menyimpulkan bahwa ada frekuensi "normal" atau dasar tertentu dalam sidik jari dan mereka yang diidentifikasi memiliki mongolisme. Kehadiran "lipatan simian" di sepanjang telapak tangan telah dikaitkan dengan mongolisme sejak dekade pertama abad ke-20. Lebih tepatnya, Cummins berfokus pada beberapa area kulit bergerigi di telapak tangan dan jari, yang memberikan lebih banyak informasi yang berpotensi berguna secara diagnostik kawin. Misalnya, Cummins mengamati lebih banyak ulnar loop pada sidik jari mereka yang memiliki kondisi ini daripada yang biasanya diharapkan, munculnya loop radial yang tidak terduga pada jari keempat dan kelima, dan triradius (titik di mana tiga permukaan berbeda dari kulit bergerigi bertemu) terletak tinggi di telapak tangan. Cummins mengekstrapolasi poin yang lebih besar tentang etiologi kondisi ini yaitu, bahwa “perbedaan fisik kolaborator bahwa pemeriksaan dermatoglif adalah metode yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis mongolisme, setidaknya relatif terhadap praktik yang digunakan, yang mengandalkan pengamatan penampilan fisik (Cummins, 2018). 

II.2 Pola Sidik Jari (Fingerprint pattern)

Sistem pengenalan gambar atau pola adalah salah satu cabang dalam ilmu komputer.Sistemini dapat membantu pemrosesan pola sidik jari, khususnya di perbankan, kepolisiandan pengguna dari institusi lain yang sangat merasakanpentingnya menggunakan sidik jari.Beberapa tahapan dalam pengenalan citra pola sidik jari sedang melalui prosespemindaian, kemudian citra sidik jari digital yang dihasilkan diubah ke nilai tertentu,antara lain proses threshold, pembagian citra, dan representasi inputnilai-nilai.Saat ini pemanfaatan teknologi citra untuk memudahkan manusia dalam memecahkan masalah tertentutelah diterapkan secara luas, terutama di bidang identifikasi. Identifikasi adalahproses penting dalam mengenali dan membedakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seorangobyek. Salah satu contohnya adalah sistem pengenalan diri yang merupakan teknologi yang digunakan untuk mengidentifikasiidentitas seseorang melalui teknik identifikasi biometrik (Tambunan dkk, 2019). BiometrikTeknik identifikasi didasarkan pada sifat alami manusia yaitu perilakudan karakteristik fisiologis, identifikasi biometrik memiliki keunggulan dibandingkanmetode konvensional karena tidak mudah dicuri atau digunakan oleh pengguna yang tidak berwenang (Sediyono dkk, 2017). Karakteristik fisiologis meliputi pola iris, pola retinal, fitur wajah danpola sidik jari, sedangkan karakteristik perilaku terdiri dari pola sidik jari(Fadhilla dkk, 2017). Manusia dapat dengan mudah mengenali wajah dan suara seseorang bahkan saat berbicaradi telepon, kemudahan yang digunakan manusia untuk menggunakan elemen yang saling berhubungan dalamsebuahjaringan yang disebut neuronNeuron memproses informasi yang diperoleh, sedangkan jikaterdapat sebuah masalah pada komputer, maka hal itu akan menimbulkan berbagai kesulitan dalam memproses informasi (Tambunan, 2019). 

Segmentasi sidik jari mengisolasi fitur yang memiliki karakteristik serupa. Citra sidik jari dibagi menjadi dua bagian, bagian depan dan belakang. Wilayah latar depan adalah area yang berisi pegunungan dan lembah, sedangkan wilayah latar belakang sesuai dengan batas gambar sidik jari. Area latar belakang terletak pada titik-titik yang tidak memiliki informasi sidik jari yang berguna. Intensitas lokal gambar dapat digunakan untuk memisahkan wilayah latar depan dari wilayah latar belakang, asalkan wilayah latar belakang seragam dan intensitas lebih ringan daripada latar depan(Abbood dkk, 2014). 

Pada kulit jari tangan, telapak tangan, jari kaki dan telapak kaki terdapat sulur-sulur yang menimbulkan pola gambaran tertentu yang disebut dermatoglifi. Dermatoglifi tidak akan berubah seumur hidup. Antara satu orang dengan oranglain, bahkan antar jari pada seseorangpun tidak mungkin akan terdapat pola sidik jari yang sama (Mundijo, 2016). Analisis pola dermatoglifi bisa dilakukan secara kualitatif, misalnya untuk mengetahui pola garis arch (A), loop (L), dan whorl (W) pada ujung jari tangan dengan rata-rata frekuensinya adalah 5 persen, 70 persen dan 25 persen dan secara kuantitatif untuk menghitung jumlah garis pada ujung jari tangan yang  rata-rata  jumlahnya adalah 12-14  garis serta mengukur  sudutATD

pada telapak tangan yang rata-rata berkisar 45°(Marpaung dkk, 2015).

II.3 Variasi Pola Sidik Jari Manusia

Pola dasar sidik jari manusia adalah pola loop, peningkatan pola looppada Autisme dan Sindrom Down kemungkinan jugadisebabkan karena terdapat persamaansecara patogenesis sehingga pada kedua penyakit ini terjadi peningkatan pola yang sama. Secara patogensis, Autisme dan Sindrom Down merupakan gangguanperkembangan yang terjadi karena aberasi kromosom, disregulasi dan mutasi gen prekusor β - amiloid yang mengganggu perkembangan otak selama gestasi. Strukturtubuh seperti otak, kelenjar payudara, bibir dan alveoli berkembang padaperiodeyang sama dengan sulur jari(Suciandari dkk, 2018).

Setiap pola memiliki titik triradius sesuai dengan jumlah normalnya. Pola plain arch tidak memiliki triradius, pola tented arch memiliki 1 triradius, pola loop memiliki 1 triradius, dan pada pola whorl memiliki 2 triradius (Ramani dkk, 2011). Gallon pada tahun 1892 mengklasifikasikan pola sidik jari menjadi tiga tipe dasar: whorls, loop, dan arches. Pola lengkung merupakan bentuk pola yang paling sederhana. Jenis pola lengkung meliputi pola lengkung sederhana atau polos yang terdiri dari ujung jari yang menyilang dari satu sisi ke sisi lain tanpa melengkung, pola lengkung tenda, pola ini ditandai dengan titik pertemuan yang disebut “triradius” karena punggung bukit memancar dari titik ini ke tiga arah. Triradius ini terlokalisasi di dekat sumbu garis tengah falang distal. Pola loop adalah pola punggungan yang paling umum (Singh dkk, 2020). 

Pengkasifikasian sidik jari menggunakan klasifikasian ekslusif, citra dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan ciri makro. Gambar 2.1 menunjukkan citra sidik jari dari berbagai macam kelas (Leksono dkk, 2011).

Gambar 2.1 Citra sidik jari dari berbagai macam kelas.

1.   Plain arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis dating dari sisi lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit bergelombang naik ditengah.

2.   Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis tegak atau sudut atau dua atau tiga ketentuan sangkutan.

3.   Ulnar loop adalah garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan kelingking, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.

4.   Radial loop adalah garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.

5.   Plain whorl (Lingkaran) adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai dua delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pola area, berjalan di depan kedua delta.

6.   Double loop (Sangkutan Kembar) adalah mempunyai dua delta dan dua garis melingkar di dalam pola area, berjalan di depan kedua delta.

 

II.4 Hubungan Sidik Jari dengan Kelainan

Setiap gangguan dalam faktor keturunan atau lingkungan pada saat pembentukan ridge dapat mengubah pola dematoglifi. Individu dengan skizofrenia dan orang dengan tingkat tinggi skizotip telah ditemukan memiliki jumlah punggungan halus (TFRC) yang lebih rendah, pola lengkungan yang lebih banyak, pola lingkaran yang lebih sedikit daripada kontrol yang tidak terpengaruh. Di sisi lain, ada temuan, di mana mahasiswa sarjana dengan ciri-ciri kepribadian schizotypal menunjukkan tingkat loop yang sangat tinggi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa loop radial meningkat pada gangguan mood bipolar. Hubungan signifikan tak terduga antara dematoglifis dan fitur schizotipal muncul pada kerabat tingkat pertama yang menunjukkan bahwa fitur schizotipi yang lebih tidak teratur secara signifikan terkait dengan TFRC yang lebih tinggi dan lengkungan yang lebih sedikit. Ada sebuah studi, di mana frekuensi pengamatan pola loop lebih umum, dan beberapa perbedaan ditemukan antara jari- jari indeks dari kedua kelompok. Bahwa individu yang tidak terpengaruh dengan riwayat keluarga skizofrenia yang kuat menunjukkan pola perantara (antara pasien dan kontrol) dari "kompleksitas dematoglifi" (Petrova dkk, 2020). Pola dermatoglifi dapat menyimpang dari normal pada beragam kelainan. Misalnya: Aneuploidi autosomal seperti mongolisme, trisomi 18, dan trisomi 15, Penyimpangan kromosom seks seperti sindrom Turner, sindrom Klinefelter, Gangguan Gen Tunggal; seperti Wilson's, Disease, dan Huntington’s Chorea, Gangguan dengan transmisi genetik yang tidak pasti seperti keterbelakangan mental idiopatik, penyakit jantung bawaan, psoriasis, pengaruh eksogen seperti thalidomidecerebral palsy, rubella (Sharma dkk, 2018). 

Salah satu kelas ciri morfologi tersebut adalah kelainan dermatoglyphic (DAs). Ciri-ciri dermatoglyphic adalah pola punggungan epidermal yang relatif stabil dan tidak signifikan secara kosmetik yang membentuk cetakan pada jari, tangan, dan telapak kaki. DAs dianggap mewakili, sebagian, dampak penghinaan prenatal, sehingga memberikan jendela ke dalam waktu dan sifat perkembangan awal. Perkembangan dermatoglyphics tumpang tindih secara temporer dengan migrasi neuronPenelitian saat ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam literatur dengan melakukan tinjauan meta-analitik terbaru dan komprehensif dari kelainan dermatoglifi pada pasien skizofrenia relatif terhadap nonklinis (sehat) kontrol (Golembo-Smith dkk, 2012). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa loopradial meningkat pada gangguan mood bipolar. Hubungan signifikan tak terduga antara dematoglifis dan fitur schizotipal muncul pada kerabat tingkat pertama yang menunjukkan bahwa fitur schizotipi yang lebih tidak teratur secara signifikan terkait dengan TFRC yang lebih tinggi dan lengkungan yang lebih sedikit. Ada sebuah studi, di mana frekuensi pengamatan pola loop lebih umum, dan beberapa perbedaan ditemukan antara jari- jari indeks dari kedua kelompok. Bahwa individu yang tidak terpengaruh dengan riwayat keluarga skizofrenia yang kuat menunjukkan pola perantara (antara pasien dan kontrol) dari "kompleksitas dematoglifi" (Petrova dkk, 2020). 

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu penggaris, pensil, gunting, kalkulator, loop, dan bantalan stempel.

III.1.2 Bahan

Bahanyangdigunakandalam percobaanini yaitulem kertas, kertas 

putih (A4), dan tinta stempel.

III.2 Cara Kerja 

1.      Jari-jari terlebih dahulu di bersihkan dari debu atau kotoran dengan menggunakan alkohol atau air

2.      Diberi tinta yang tipis dan merata pada bantalan stempel

3.      Ibu jari ditekan dengan perlahan pada bantalan tersebut selanjutnya ditekan kembali jari yang telah diberi tinta tersebut pada kertas putih sehingga terbentuk cap jari

4.      Ditentukan pola sidik jarinya dan dihitung jumlah rigi-riginya dengan menggunakan loop.

5.      Dilakukan hal yang sama untuk semua jari baik pada tangan kanan maupun tangan kiri.

6.      Dicatat semua data dari semua kelompok dan dihitung presentase masing-masing pola dan nilai rata-rata jumlah rigi.

 

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Data

Tabel IV.1 Tabel Data

Nama

Arch

Loop

Whorl

Sulur

ATD

Dian Ramadhani

0

0

10

133

37°

Paula Natasha

3

5

2

65

39°

Fedinando

0

6

4

190

43°

Kezya Tangketasik

0

7

3

129

45°

Jesika Bangkaran

2

8

0

130

55°

Anugrah Prima

0

4

6

152

34°

 

5

30

25

799

 

 

Tabel IV.2 Tabel Data Kelompok

 

Arch

Loop

Whorl

o

8,3

50

41,6

e

5

75

20

d

3,3

-25

21,6

2,17

8,33

23,32

33,83


Gambar 4.1 Pola sidik jari asisten kelompok 4 (Kezya Tangketasik)

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan kali ini, parapraktikkan diarahkan untuk mengamati sidik jari kakak kakak asisten yang telah membuat cap jari masing-masing. Pada hasil data cap jari, ditemukan 5 pola sidik jari arch dari cap sidik jari kakak asisten yaitu untuk kakak asisten Dian Ramadhani ditemukan 0 pola, asiten Paula Natasha ditemukan 3 pola, kakak asisten Ferdinando ditemukan 0 pola, kakak asisten Keyza Tangketasik ditemukan 0 pola, kakak asisten Jesika Bangkaran ditemukan 2 pola serta kakak asisten Anugrah Prima ditemukan 0 pola. Kemudian ditemukan 30 pola sidik jari loop dari cap sidik jari kakak asisten yaitu untuk kakak asisten Dian Ramadhani ditemukan 0 pola, asiten Paula Natasha ditemukan 5 pola, kakak asisten Ferdinando ditemukan 6 pola, kakak asisten Keyza Tangketasik ditemukan 7 pola, kakak asisten Jesika Bangkaran ditemukan 8 pola serta kakak asisten Anugrah Prima ditemukan 4 pola. Kemudian ditemukan 25 pola sidik jari whorl dari cap sidik jari kakak asisten yaitu untuk kakak asisten Dian Ramadhani ditemukan 10 pola, asiten Paula Natasha ditemukan 2 pola, kakak asisten Ferdinando ditemukan 4 pola, kakak asisten Keyza Tangketasik ditemukan 3 pola, kakak asisten Jesika Bangkaran ditemukan 0 pola serta kakak asisten Anugrah Prima ditemukan 6 pola. 

Setelah mengamati jumlah pola sidik jari dari cap sidik jari kakak asisten, maka diamati jumlah sulur dari tiap-tiap pola sidik jari kakak asisten yaitu untuk kakak asisten Dian Ramadhani terdapat 133 sulur, asiten Paula Natasha terdapat 65 sulur, kakak asisten Ferdinando terdapat 190 sulur, kakak asisten Keyza Tangketasik terdapat 129 sulur, kakak asisten Jesika Bangkaran terdapat 130 sulur serta kakak asisten Anugrah Prima terdapat 152. Sehingga ketika ditotal keseluruhan sulur dari pola sidik jari kakak asisten maka adakn didapatkan total sulur yaitu 799 buah. Kemudian,setelah mengamati dan menghitung sulur dari tiap-tiap pola sidik jari kakak asisten, maka dilanjutkan dengan mengamati sudut ATD dari taip-tiap kakak asisten berdasarkan data yang telah dimasukkan kedalam tabel yaitu pada kakak asisten Dian Ramadhani dihitung sudut ATD-nya yaitu sebesar 37°,kakak asisten Paula Natasha dihitung sudut ATD-nya yaitu sebesar 39°, kakak asisten Ferdinando dihitung sudut ATD- nya yaitu sebesar 43°, kakak asisten Keyza Tangketasik dihitung sudut ATD-nya yaitu sebesar 45°, kakak asisten Jesika Bangkaran dihitung sudut ATD-nya yaitu sebesar 55° serta kakak asisten Anugrah Prima dihitung sudut ATD-nya yaitu sebesar 34°. 

Dari hasil perhitungan chi-squaredidapatkan Xyaitu sebesar 33,83. Dikarenakan terdapat 3 pola sidik jari maka derajat kebebasannya adalah 3-1 = 2. Hasil Xyaitu 33,83 tidak dicantumkan pada tabel, tetapi angka tersebut terletak dibawah angka 0,001. Dikarenakan nilai kemungkinan itu lebih rendah dari batassignifikan yaitu 0,05 maka penyimpangan yang terjadi dinyatakan terlalu besar dan dapat diambil kesimpulan bahwa hasil percobaan itu tidak bagus. 

Serta pada gambar 4.1 yakni pola sidik jari asisten kelompok 4 (Kezya Tangketasik). Pada gambar tersebut terdapat perbedaan pola sidik jari yang ada pada jari-jari tangan kiri yakni pada ibu jari, jari tengah, serta jari manis ketiga jari tersebut memiliki pola yang berbeda yakni, ketiga jari tersebut memiliki pola whorl arch. Adapun jari-jari ditangan kanan semuanya memiliki pola loop arch, serta pada jari-jari tangan kiri tepatnya pada jari telunjuk dan jari kelingking juga memiliki pola sidik jari yakni loop arch. Tejadinya perbedaan pola tersebut dikarenakan pada setiap manusia tidak akan memiliki pola sidik jari yang identik disetiap jari-jarinya hal tersebut dikarenakan pengaruh dari beberapa faktor termasuk faktor lingkungan.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dermatoglifi adalah studi ilmiah tentang sidik jari, garis, dudukan, dan bentuk tangan. Identifikasi sidik jari adalah metode identifikasi menggunakan jejak yangdibuat oleh formasi atau pola punggungan menit yang ditemukan di ujung jari.Pada hasil percobaan dengan mengamati pola sidik jari dari 6 orang kakak asisten, maka ditemukan beberapa variasi yaitu pola archterdapat 5 pola, pola looparchterdapat 30pola arch dan pola whorlarchterdapat 25 pola serta hasil perhitungan pada tabel chi-squaredari tabel data sidik jariditemukannilaiX2 yangnilaikemungkinannyaterlalurendahmakapercobaan tersebut dinyatakan tidak bagus. 

V.2 Saran 

V.2.1 Saran untuk Laboratorium

Kebersihan serta fasilitas laboratorium harus selalu terjaga.

V.2.2 Saran untuk asisten

Menurut saya, asisten telah menyampaikan materi dengansangatbaik.

V.2.3 Saran untuk Praktikum

Menurut saya saran untuk praktikum selanjutnya dikarenakan dilakukan secara virtual namun hal tersebut seharusnya dilakukan dengan cara yang dapat membuat para peserta lebih aktif dalam kelas virtual tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Abbood A. A., dkk. 2014.A Review Of Fingerprint Image Pre-ProcessingJurnal Teknologi (Sciences & Engineering). 69(2): 79-84.

Bhat, G. M., Mukhdoomi, M. A., Shah, B. A., & Ittoo, M. S. 2014. Dermatoglyphics : In Health And Disease - A Review Dermatoglyphics : In Health And Disease - A Review. International Journal Of Research In Medical Sciences, 2(1): 31-37. 

Cummins, H. 2018. Secrets In Fingerprints: Clinical Ambitions And Uncertainty In Dermatoglyphics. HUMANITIES, 190(19): 597–599. 

Fadhilla M., Dkk. 2017. Pengenalan Kepribadian Seseorang Berdasarkan Pola Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan. JNTETI. 6(3): 365-373.

Golembo-Smith, S., Walder, D. J., Daly, M. P., Mittal, V. A., Kline, E., Reeves, G., & Schiffman, J. 2012. The Presentation Of Dermatoglyphic Abnormalities In Schizophrenia: AMeta-Analytic Review. Schizophrenia Research, 142(1–3): 1– 11. 

Leksono B., Dkk. 2011. Aplikasi Metode Template Mathing Untuk Klasifikasi Sidik Jari.Teknik Elektro Universitas Diponegoro. Pp :1-7

 

Marpaung D.T, Dkk. 2015.Hubungan Pola Dermatoglifi Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUP Dr Mohammad HoesinJurnal Kedokteran Dan Kesehatan. 2(3): 297-304.

Misbach, I. H. 2010. Dahsyatnya Sidik Jari.: Visimedia.

 

Mundijo, T. 2016. Gambaran Pola Sidik Jari Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan Tahun 2015. Syifa’ MEDIKA: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 6(2): 97-101. 

 

Petrova, N., Andreenko, E., Yaneva, G., & Dzhambov, A. 2020.Fingerprint Patterns And Their Bilateral Differences In Patients With Mental Disorders And Healthy Controls. Journal Of IMAB - Annual Proceeding (Scientific Papers), 26(2): 3213–3218.

 

Ramani P, Abhilash, Sherlin H, Anija. 2011. Conventional Dermatologyphics-Revive Concept: A Review. International Of Pharma And Bio Science. 2(3): 446-588.

 

Sediyono, dkk. 2017.Klasifikasi Sidik Jari Dengan Menggunakan Metode Wavelet SymletJurnal Informatika. 5(2):16-35.

Setiawan A.F., dkk. 2016. Klasifikasi Pola Sidik Jari Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Analisa Karakteristik Seseorang. Jurnal Antivirus. 10(2): 50-55.

Sharma, A., Sood, V., Singh, P., & Sharma, A. 2018. Dermatoglyphics: A Review On Fingerprints And Their Changing Trends Of Use. CHRISMED, 1(2): 2–4. 

Singh, K., Menka, K., Anand, K., Goel, A., Dontulwar, A., & Rajguru, J. P.2020.Correlation Between Dermatoglyphics And Dental Caries In Children : A Case Control Study. Journal Of Family Medicine And Primary Care, 9(6): 2670- 2675. 

Suciandari R.A., dkk. 2018.Dermatoglifi Pada Autisme Dan Sindrom Down Di Palembang. Jurnal Unimus. 1(5): 30-35.

Tambunan F., dkk. 2019.Design Of Artificial Neural Networks To Recognize Fingerprint Patterns. International Journal Of Information System & Technology. 3(1): 58-63.






















LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA : ALEL GANDA

    LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PERCOBAAN X ALEL GANDA NAMA                       : NUR ULFIKA NIM                            : H041201054 HA...